
N-250 dimana dirimu kini….
N-250
Kutipan Majalah Tempo:
Bandar Udara Husein Sastranegara,
Tepuk tangan bergemuruh saat Erwin Danuwinata, pilot penguji pesawat komuter N-250 Gatotkaca—berkapasitas 70 penumpang—mendaratkan pesawatnya dengan mulus di landasan setelah terbang perdana selama 56 menit. Presiden Soeharto, yang tak mampu menahan rasa harunya, berpidato: “Keberhasilan uji coba penerbangan pesawat N-250 adalah tonggak bersejarah bagi seluruh bangsa
Presiden menambahkan, pesawat N-250 adalah produk andalan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) karena dirancang bangun sepenuhnya oleh putra-putri
Pertanyaan berikutnya adalah dimana N-250 sekarang??
Saya akan bercerita sedikit tentang N-250,
Performa Pesawat
Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang. Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km.
Berat dan Dimensi
Rentang Sayap : 28 meter
Panjang badan pesawat : 26,30 meter
Tinggi : 8,37 meter
Berat kosong : 13.665 kg
Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg
Sejarah
Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara
Pada saat itu saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.
Kalau anda membaca spesifikasi tersebut maka anda akan menemukan bahwa N-250 adalah pesawat turboprop pertama yang menggunakan teknologi fly by wire. Jadi sebenarnya apa yang salah sehingga pesawat ini belum juga mendapat sertifikasi layak terbang?
Klo kita mau flash back ke masa lalu, 1997-1998 terjadi krisis finansial menimpa negara tercinta kita.. Syarat agar IMF mau mengucurkan dana kepada kita adalah semua subsidi untuk IPTN (sekarang PT Dirgantara
Sedikit curhat soal IPTN, menurut saya, IPTN juga mengalami kesalahan organisasi. Sebagai industri yang bergerak dibidang padat modal, IPTN mengalami masalah tenaga kerja yang membengkak hingga 9,000 orang (yang sebagian besar harus dirumahkan pada tahun 2003) hingga membuat masalah pada penggajian, karena sebagian besar pendapatan IPTN berasal dari subsidi pemerintah. Selain itu fokus IPTN seharusnya pada pesawat latih yang tidak perlu terlalu banyak sertifikasi seperti pesawat transport sipil. Oh ya, jgn lupa soal engineer kita yang bekerja keluar negeri setelah IPTN kolaps, isu terakhir menyebutkan engineer kita turut membantu modernisasi f-14 milik
Kembali ke masalah N-250, mungkin kah proyek ini dihidupkan kembali??
Pertengahan tahun lalu, didalam majalah angkasa engineer PT DI berencana untuk menghidupkan kembali
N-250 menjadi N-250R yaitu N-250 tanpa menggunakan fly by wire (agar harga pesawat bisa kompetitif dengan pesaing dikelasnya).
Saya percaya teman-teman di PT DI mampu membuat N-250 terbang kembali, pertanyaan saya adalah apakah tersedia pasar untuk pesawat transpor menggunakan baling-baling?? Jika anda diharuskan memilih maka saya yakin anda akan memilih menggunakan pesawat jet dibanding pesawat menggunakan baling-baling iya
Saya jadi teringat perkataan seorang pejabat negara beberapa waktu lalu, ketika Merpati diminta untuk menegosiasikan (baca: menunda) pembelian pesawat dari